Jumat, 13 April 2012

Phobia

Pengertian Phobia
Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau
situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar
pada kenyataan. Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya
ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan
dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh
ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi
tertentu.
Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut
merupakan bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah:
1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan
tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain.
2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi
pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.
3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka
misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar
rumah.
Penyebab Phobia
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan
karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang
disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam
alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak
pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya
yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang
menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang
atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut
disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang,
nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir
dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai
keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi
kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita
tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak
ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul
kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Perlu kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan,
lingkungan dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang
sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti
dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh
pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta
kemajuan dalam era informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang
terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya
kualitas perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus
diperhatikan sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan
(formative period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk
memperoleh generasi penerus yang berkualitas.
Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus
bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik
dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang
terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.
Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua,
meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih
sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri
khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa
seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan
kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan
memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya
gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan
produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan
tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
teramat penting.
Teknik Penyembuhan
Ada beberapa teknik Untuk penyembuhan phobia diantaranya adalah sbb:
1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan
phobia.
2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri
kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor
anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita
phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat
cagar alam yang indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan
jinak.
4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih
dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang
baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan
semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan
memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main
dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman traumatis
lebih sulit dihilangkan.
5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau
dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu
manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.

Maling Kundang

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah
Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang.
Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin
memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.
Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan
membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari.
Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan
akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia
sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama
dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran
pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun
tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya
dia sangat mahir dalam hal perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah
perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak
laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh
bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal
tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya
tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin
segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang
berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa
tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah
sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar
adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja,
Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak
kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah
menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi
istrinya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran
dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya
yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat
kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang
sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu
adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup
dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin
yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang,
anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya
sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya
dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja
mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang
pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan
mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri
Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku
sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin
Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena
kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata
"Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah
batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai
dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin
Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi
sebuah batu karang.

Hikmah dari cerita di atas ialah
seorang ibu yang sudah melahirkan kita dan merawat kita dari kita masih baya
hingga kita bisa mandiri. Sungguh besar jasa ibu terhadap kita. Karena itu
sepantasnyalah kita untuk berbagi terhadap orang tua terutama ibu. Bahkan di
dalam Agama, berbakti ibu merupakan salah satu ibadah yang sangat bersar
pahalanya.

Tangapan (+) Positif : kita harus berani sebagai
seorang laki-laki untuk bekerja dimana pun, bahkan merantau seperti cerita
diatas.

Tangapan (-) Negatif : kita
jangan pernah lupa dimana kita dilahirkan, dirawat sampai besar. Jangan sampai
lupa kacang lupa pada kulitnya.

Kesimpulan : kita sebagai anak yang
mempuyai ibu seperti apa pun keadaannya, itu tetaplah ibu kita, sayangi ibu
kita, seperti kita akan menyanyangi istri dan anak kita.

Harapan Perubahan

aku bermimpi akan suatu kehidupan
kehidupan yang lebih baik dari pada disini
dan aku berniat memperbaiki kehidupan
kehidupan yang lebih baik dari saat ini

tak ada lagi, tangis, kesedihan, dan kegundahan
yang ada hanyalah, cahaya terang yang akan menyinari dunia ku
ku percayakan harapan ku ditangan kuasa-Mu
ku doakan keinginan ku hanya pada-Mu